Monday, August 07, 2006

IBADAH HAJI MOMENTUM PERBAIKAN DIRI

Hidup adalah lahan ujian, entah itu kesusahan maupun kesenangan. Harta, pangkat, jabatan dan popularitas tidak identik dengan kemuliaan. Tidak sedikit orang yang kedudukannya meningkat, tapi kezalimannya pun meningkat. Tidak sedikit orang yang kekuasaannya meningkat, kejahatan nya pun makin bertambah. Momentum Arafah seharusnya mulai menyadarkan kita bahwa hidup adalah ujian. Tidak berlalu sedetik pun hidup kita, kecuali didalamnya terdapat ujian.

Saudara, pulangnya kita ketanah air selepas ibadah haji akan menjadi ujian berat bagi kita. Bila sebelum haji kita berbuat salah, orang masih memaklumi. Tapi bila setelah berhaji kita menjadi contoh buruk, berarti kita telah menghinakan apa-2 yang telah dimuliakan Allah. Kalau sepulang haji kita masih korup dan mencuri, berarti kita telah menistakan apa-apa yang telah diangkat Allah. Kalau sepulang haji masih berzina, maka kita telah menistakan apa yang telah disucikan Allah. Kalau sepulang haji kita masih berdusta, maka kita telah mengkufuri semua yang telah dikaruniakan Allah.

Saudara, berkumpul di Arafah adalah saat-saat yang dirindukan orang beriman. Dan, alhamdulillah kita sudah mendapatkannya, maka janganlah ia disia-siakan. Kita tidak tahu apakah allah akan mengizinkan kita kembvali ketempat ini tahun depan. Yang pasti, tempat ini akan menjadi saksi kita di akherat kelak. Betapa orang-orang berlumur dosa seperti kita, telah dijamu oleh Allah ditempat semulia Arafah ini.

Wukuf seharusnya menjadi tritik balik dalam kehidupan kita. Bila kita seorang kepala rumah tangga, maka jangan bangga memiliki keluarga. Karena keluarga adalah cobaan. Jangan bangga memiliki anak, kalau kita tidak bisa menjadi contoh yang baik bagi mereka. Wahai para suami, bertekadlah untuk menjadi ayah bertanggung jawab. Sepulangnya dari tempat ini, berusahalah agar anak-anak kita tahu siapa Tuhannya, tahu bahaimana hidup dijalan Tuhannya. Kita harus bertanggung jawab akan hari akhir mereka.

Wahai para muslimah, bertekadlah untuk menjadi hajjah yang mabrur. Jadilah isteri shalihah. Jadilah seperti Siti Khadijah, walau tubuhnya semakin tua, bahkan lebih tua dari suaminya, tapi cinta Nabi kepadanya tidak akan lekang dimakan zaman, selalu dikenang kebaikannya. Begitu anggun dan mulia akhlaknya, begitu cemerlang budi pekertinya. Jangan biarkan suami jadi tergelincir, karena istri yang tidak shalihah yang tidak menjadi sumber ketenangan dirumah. Jadilah sosok ibu yang disayang anak-anak. Jangan biarkan anak lebih betah dengan teman-temannya yang suka memperturutkan nafsu, karena kita tidak tahu bagaimana menjadi ibu yang baik, bagaimana mengurus dan membesarkan mereka. Tanggung jawab seorang ibu tidak sekedar melahirkan, tapi juga membimbing anak-anak selamat dunia akherat. Karena itu jadilah ibu yang menjadi sumber kebanggaan dan sumber keteladanan bagi suami dan anak-anaknya.

Saudara, ketahuilah bahwa kesuksesan kita tidak dilihat dari banyaknya pujian dari orang yang jauh dari kita. Kesuksesan sebenarnya adalah tatkala kita mendapat penghargaan dan limpahan cinta yang tulus dari orang-orang terdekat kita. Apa artinya kita dipuji masyarakat, tapi tidak dihargai di rumah.

Semoga Allah menggolongkan kita menjadi anak-anak yang selalu membahagiakan orang tua kita. Bagaimanapun kita tidak akan pernah bisa membalas kebaikan mereka. Maka jadikanlah sisa usia kita, menjadi saat yang paling bersungguh-sungguh dalam memuliakan mereka. Haji yang mabrur adalah haji yang tahu bakti dan tahu balas budi.

Terakhir, kemuliaan disisi Allah bukan dari apa yang kita miliki, tapi dari nilai manfaat yang kita berikan kepada orang lain. Sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain. Haji yang mabrur tidak dilihat dari seberapa banyak dia memiliki uang, tapi dari seberapa banyak uang yang telah ia nafkahkan di jalan Allah. Haji yang mabrur adalah haji yang selalu memberi manfaat bagi sebanyak-banyaknya orang.

Saudara, tidak ada amal yang kecil dihadapan Allah. Karena itu, selagi ada waktu, muliakanlah orang-orang disekitar kita. Berbuat baiklah selalu, kapanpun , dimana pun, dan kepada siapa pun. Sehingga kita puas berbuat kebaikan tatkala meninggal. Ingatlah kita tidak akan pulang membawa harta yang kita miliki. Kita akan pulang hanya dengan membawa amal-amal yang telah kita lakukan.

2 Comments:

At 10:33 AM, Blogger Beranda Delia said...

trimakasih sudah diingatkan

 
At 10:38 AM, Blogger Beranda Delia said...

trimakasih sudah diingatkan

 

Post a Comment

<< Home