Monday, August 07, 2006

TUJUAN AKHIR: MENYEMANGATI DAN MENGENDALIKAN PERILAKU

Kekalahan pasukan Islam pada Perang Uhud yang merenggut 70 orang syuhada, termasuk Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah, adalah satu dari sekian momentum pahit yang dialami Rasulullah SAW. Sebelum itu, yaitu pada masa awal berdakwah di Makkah, berkali-kali Rasulullah SAW mengalami kejadian yang kurang mengenakkan. Mulai dari fitnahan, hinaan, boikot, pengusiran, kekerasan fisik, usaha pembunuhan, sampai meninggalnya orang-orang tercinta.

Walau demikian Rasulullah SAW mampu melewati semua cobaan itu dengan baik dan sempurna. Meskipun dalam satu dua kasus nilai kemanusiaan beliau sempat terusik. Misalnya, kita ingat :
  1. Saat Rasulullah SAW dianggap orang gila oleh orang Thaif, dikejar-kejar dan dilempari batu sampai kakinya berdarah-darah. Namun beliau tetap tabah , bahkan mendoakan kebaikan bagi mereka.” Ya Allah, ampunilah kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui”.
  2. Saat seorang kafir yang selalu meludahi Rasulullah tatkala beliau melintasi jalan dekat rumahnya. Beliau tetap tenang dan tersenyum. Hebatnya saat orang itu sakit, beliaulah yang pertama kali menjenguk dan membawakannya makanan.
  3. Kisah dari Saad bin Malik, saat seorang Arab Badui menarik dengan kasar jubah Najrani yang dikenakan Rasullullah SAW, Anas berkata : “Aku memandang leher Rasulullah SAW dan melihat jubah itu telah meninggalkan bekas merah disana karena kerasnya tarikan orang itu. Lalu Badui itu berkata “Wahai Muhammad, beri aku sebagian dari kekayaan Allah yang ada di tanganmu”. Rasul menoleh kepada orang itu, tersenyum, lalu memerintahkan agar orang itu diberi uang.
  4. Saat Uqbah bin Abi Muaith, atas perintah Abu Jahal, mendatangi Rasulullah SAW dengan membawa tinja dan menaruhnya dipundak beliau saat sedang sujud. Ketika itu Ibnu Masud berkata, “Aku berdiri dan tak bisa berbuat apa-apa, tak punya daya untuk mencegah. Akupun pergi. Tiba-tiba Fathimah dan segera membuang kotoran itu dari pundak Rasul. Ia menangis melihat ayahandanya diperlakukan seperti itu”.

Pertanyaannya, mengapa Rasul begitu ringan menghadapi ujian dan hinaan ? Mengapa Rasulullh SAW selalu bangkit saat dihadapkan pada “kegagalan” ? Ada banyak jawaban. Salah satunya adalah “Rasulullah SAW selalu berpikir merujuk kepada tujuan akhir ! Apakah itu ? “Tujuan Akhir” yang menyemangati dan mengendalikan perilaku.

Allah SWT mengutus Muhammad SAW ke dunia untuk menyempurna kan akhlak, menegakkan panji-panji Islam, dan menyebarkan rahmat serta keselamatan bagi seluruh alam. Jadi, tujuan hidup Rasulullah Saw adalah membimbing umatnya agar bisa berjumpa Allah di surga kelak. Kesadaran akan fungsi diri sebagai rahmatan lil alamin, dan kejelasan tujuan yang hendak dicapai, yaitu membimbing umatnya bahagia dunia akherat, membuat Rasulullah SAW tahan menanggung beratnya penderitaan. Beliau tabah menghadapi musibah kematian dan hinaan orang kafir, karena yakin bahwa ada kebahagiaan hakiki di akhir perjuangan. Penderitaan adalah konsekwensi perjuangan, tangga menuju kesuksesan, penguat keimanan, dan sarana pendewasaan.

Saat aspek kemanusiaan mendominasi beliau, khususnya kesedihan dan rasa lemah menghadapi cobaan, Allah SWT menyemangati beliau untuk bangkit. Pasca perang Uhud Allah berfirman “Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum kafir itu pun mendapat luka yang serupa. Dan, masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran) ; dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-2 yang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugu8r sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir” (Q.S.3/ Ali Imran : 141 ).

Pentingnya memandang tujuan akhir .

“Begin with end in your mind” ( kata pakar manajemen).

Segalanya akan terasa mudah apabila sebelumnya kita memiliki gambaran tentang peristiwa yang akan terjadi. Kalau seperti ini, maka hasilnya seperti ini, dan seterusnya. Seseorang mangalami kegamangan dalam hidup karena ia tidak yakin dengan apa yang dilakukannya. Dan, ini bersumber dari ketidak jelasan tujuan.

Memulai dari tujuan akhir, akan membuat semua amal menjadi jelas, terarah dan terprogram. Semangatpun tidak akan mati. Saat mengalami kegagalan kita tidak akan larut dalam kegagalan tersebut, sebab ada tujuan besar yang akan dicapai. Yang tak kalah penting, berpikir menurut tujuan akhir akan memastikan masa depan kita.

Imam Ibnul Jauzi mengatakan :”Siapa yang melihat akhir suatu perkara diawal langkahnya, dengan mata hatinya, kelak ia akan beroleh hasil yang sangat baik dari perbuatannya dan akan selamat dari akibat buruknya”.

Rasul dan para sahabat mampu istiqomah memperjuangkan Islam, walau menghadapi beragam kesulitan, sebab mereka memiliki tujuan yang jelas dalam hidupnya. Seorang sahabat pernah bertanya, “Ya Rasulullah, kalau saya mempercayai Anda, beriman kepada Allah, beribadah dan berjuang dijalan Allah, keuntungan apa yang akan saya dapatkan ?” Rasul Saw menjawab:” Di dunia kamu akan bahagia dan di akherat kamu akan mendapat surga”. Sahabat berujar “Dua itu sudah cukup bagi saya”.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home