Monday, August 07, 2006

MASHLAHAT DAN MADHARAT

Allah SWT berfirman :” Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu” (Q.S.2 / al-Baqarah : 216).

Kebaikan, kebajikan dan manfaat merupakan hal-hal yang terbersit dalam imajinasi ketika disebut kata maslahat. Sebaliknya istilah madharat bermakna keburukan dan kesulitan. Berbagai penafsiran dalam kata lain yang telah dipergunakan untuk menggambarkan kedua istilah tersebut dalam al-Quran . Pada dasarnya, kata maslahat berarti “dampak positif” dari setiap perbuatan yang dilakukan manusia. Sedangkan kata mudharat merupakan kebalikan dari maslahat, yakni akibat negatif dari setiap perbuatan yang dilakukan manusia.

Setiap orang memiliki kriteria sendiri dalam menentukan apakah sesuatu itu maslahat atau madharat. Petugas keamanan misalnya, menganggap tertangkapn ya para penjahat dan pengacau merupakan maslahat yang dapat menimbulkan rasa aman. Sedangkan bagi para penjahat hal tersebut merupakan madharat, karena mereka tidak dapat melanjutkan aksinya. Keduanya tidak akan pernah bertemu pada satu titik, dan keduanya berangkat dari sudut pandang yang berbeda. Demikianlah yang terjadi bila maslahat dan madharat dilihat dari kacamata akal.

Penggunaan akal dalam memahami hakekat maslahat dan madharat tidak sepenuhnya salah, karena hal tersebut dapat dipergunakan untuk masalah keduniawiaan. Hal ini seperti digambarkan Rasulullah SAW saat menjelaskan tentang pembuahan pohon kurma (talqih). Rasulullah mengakui kemampuan masyarakat sekitar kebun kurma dengan ungkapan: “Kalian lebih mengetahui urusan keduaniawian kalian”.

Pada dasarnya sitiap orang pasti memiliki penilaian yang sama mengenai kebaikan dan keburukan jika hati nurani dipergunakan secara optimal. Kalaupun akal diperkenankan untuk menilai maslahat dan madharat, janganlah menempatkan penilaian akal diatas segala-galanya. Seharusnya wahyulah yang dijadikan sebagai acuan dalam melakukan penilaian apakah sesuatu itu maslahat ayau mudharat. Seluruh wayu Allah SWT sudah pasti mengandung kamaslahatan yang sifatnya universal. Sehingga kapanpun dan dimanapun dan bagi siapapun akan meresa bahwa apa yang ditetapkan Allah SWT adalah baik dan bermanfaat.

Lain halnya dengan ketetapan yang dibuat oleh manusia yang sarat dengan berbagai kepentingan pihak-pihak yang berkuasa. Bolah jadi ketetapan itu hanya memberikan kemaslahan bagi segolongan dan memudharatkan bagi segolongan lainnya. Maka sewajarnyalah bila kita semua mempergunakan tuntunan Allah SWT dalam menilai segala sesuatu, baik termaktub dalam al-Quran maupun yang tersirat dalam Sunnah Rasulullah SAW, demi terciptanya kemaslahatan bersama.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home