Monday, August 07, 2006

QURBAN DAN CINTA

Nabi Ibrahim AS berkata : Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpiku bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu”. Ia menjawab “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (Q.S. al-Shaffat : 102).

Berkurban pada Idul Adha adalah bentuk pengagungan cinta kepada al-Khaliq, Allah SWT menguji kecintaan Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya. Nabi Ismail yang sangat dicintainya.

Cinta Ibrahim terhadap Allah SWT , dan cinta Ismail terhadap ayah dan Tuhannya, menjadikan keduanya ikhlas dan patuh melakukan perintah itu. Meski, Allah SWT menggantinya dengan seekor kambing. “Dan kami tebur anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (Q.S.Ashaffat 107).

Ritual qurban yang telah menjadi syariat Islam ini adalah untuk mengenang perwujudan konsep cinta dan kemanusiaan. Pengorbanan untuk sesama dalam rangka membina persaudaraan antar manusia. Ada beberapa keteladanan yang patut ditiru dari pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail ini, yaitu :
  1. Terasa benar bahwa Allah SWT sebagai Dzat yang Penyayang dan Pemurah pada ummatNya. Dia tidak hanya membatalkan penyembelihan Ismail, tetapi sekaligus memberi ganti seekor kambing kepada hamba yang taat dan mau mengorbankan miliknya karena cinta kepadaNya.
  2. Allah SWT mengajarkan bahwa hidup manusia sangatlah berharga. Dia tidak ingin mengorbankan satu manusia untuk menunjukkan kekuasaanNya. Dia tidak semena-mena terhadap yang lemah.
  3. Cinta sejati diwujudkan dengan kerelaan berkorban. Berkorban karena rasa cinta kepada-Nya. Wujud cinta kepada Allah SWT adalah kerelaan hidup dengan kesalehan. Dalam konteks Islam, seluruh hidup adalah ibadah. Esensi ibadah, mengatur hubungan yang baik dengan Allah SWT dan antara manusia dengan sesamanya.
Damai antara manusia ini salah satunya diwujudkan dengan kurban. Menyembelih hewan ternak dan membagikannya kepada fakir miskin, kepada mereka yang kurang mampu. Sebab, cinta dan ketaatan kepada Allah SWT tidak saja diwujudkan dalam bentuk ibadah mahdhah, tetapi harus teraelisasi dalam tindakan nyata, utuh dan cinta terhadap sesama manusia.

Allah SWT menguji kesediaan mengorbankan sebagian harta yang dimiliki untuk membantu mereka yang kekurangan. Sebagaimana Nabi Ibrahim mengorbankan Ismail yang dicintainya untuk Allah SWT.

Inilah ibadah sesungguhnya, menyembah Allah SWT dan berkorban karena cinta untuk sesama. “Siapa yang memiliki kelapangan, tetapi tidak mau berkurban, janganlah dia mendekati tempat shalat kami (HR Imam Ahmad dan Ibnu Majah).

0 Comments:

Post a Comment

<< Home